Dua Produk Takjil di Tulungagung Kedapatan Pakai Zat Pewarna Textile, Ini Lokasi Temuannya

- Jumat, 24 Maret 2023 | 22:35 WIB
Petugas Dinkes Tulungagung saat melakukan uji produk takjil untuk melihat apakah produk tersebut mengandung bahan berbahaya atau tidak (isal/memo)
Petugas Dinkes Tulungagung saat melakukan uji produk takjil untuk melihat apakah produk tersebut mengandung bahan berbahaya atau tidak (isal/memo)
Tulungagung, KORANMEMO.COM - Dua produk takjil yang beredar di Kabupaten Tulungagung kedapatan mengandung bahan kimia berbahaya, Jumat (24/3/2023).
 
 Diketahui, produk tersebut didapat oleh petugas saat membeli sampel takjil di Kelurahan Kutoanyar Kecamatan/Kabupaten Tulungagung.

Kasi Farmasi dan Perbekalan Medis, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Masduki mengatakan, pihaknya melakukan sidak takjil untuk mengetahui seberapa aman kandungan dari makanan/minuman takjil yang dijual kepada masyarakat.
 
 Pasalnya, pada momentum bulan Ramadhan seperti ini, mulai banyak pedagang yang menjual jajanan untuk berbuka puasa.

Selama proses sidak, pihaknya mengambil sebanyak 40 sampel berupa makanan dan minuman di sebanyak 12 lokasi.
 
 
 Diketahui 12 lokasi penjual takjil itu tersebar di delapan desa yakni Desa Tugu, Karangrejo, Gendingan, Tapan, Ketanon, Kepatihan, Jepun dan Kutoanyar. 
 
Produk-produk yang didapat lantas dilakukan uji kandungan di dalamnya.

"Kami ambil sebanyak 40 sampel mulai makanan dan minuman untuk kami lakukan uji produk agar mengetahui apakah produk itu aman atau tidak saat dikonsumsi," kata Masduki, Jumat (24/3/2023).

Berdasarkan hasil uji produk, ungkap Masduki, pihaknya melakukan uji produk terhadap 11 jenis takjil
 
Hasilnya, sebanyak empat produk takjil dinyatakan positif mengandung zat kimia berbahaya jenis pewarna textile atau Rhodamin B.
 
 
 Diketahui empat produk tersebut ditemukan di Kelurahan Kutoanyar Kecamatan/Kabupaten Tulungagung.

Dua produk itu merupakan jenis olahan makanan krupuk pohong dan minuman berupa sirup.
 
 Temuan ini tentu sangat mengejutkan petugas lantaran selama tahun 2022 kemarin, pihaknya sudah sering melakukan pemantauan terhadap produsen makanan.

"Kami sudah sering sosialisasi kepada masyarakat dan memantau produsen, ternyata masih kedapatan adanya penggunaan zat berbahaya pada makanan," ungkapnya.

Terkait dampaknya apabila dikonsumsi, jelas Masduki, sebenarnya efek dari bahan kimia tersebut tidak langsung terasa bagi manusia. 
 
Hanya saja apabila terus-terusan dikonsumsi, efek jangka panjang bagi kesehatan akan sangat buruk terutama bisa menyebabkan kerusakan ginjal. 
 

Atas temuan ini, pihaknya akan menelusuri asal usul produk tersebut untuk mengetahui siapa produsennya.
 
 Selain itu, pihaknya meminta agar masyarakat mulai mengurangi ketertarikan terhadap produk yang berwarna menarik. 
 
Pasalnya, produk makanan atau minuman seperti itu justru lebih sering mengandung bahan kimia berbahaya.

"Selama banyak permintaan, mereka (Produsen nakal) akan tetap menyediakan kebutuhan pasar. Maka dari itu, disisi kami melakukan penelusuran, masyarakat juga harus mulai memilah makanan," pungkasnya.

Reporter : Mochammad Sholeh Sirri
Editor : Achmad Saichu 

Editor: Koran Memo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X