hujan meteor Geminid adalah hujan meteor yang terjadi dengan titik asal kemunculannya di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) konstelasi Gemini. Peristiwa langit ini bisa dinikmati mulai Selasa (14/12) malam hingga Rabu (15/12).
Dikutip dari laman resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang yang merupakan peneliti di Pusat Sains Antariksa LAPAN Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa meteor-meteor yang jatuh ini kemungkinan berasal dari rasi Gemini.
Meskipun hujan meteor itu seakan-akan dari rasi Gemini, sesungguhnya hujan meteor yang terjadi berasal dari remah-remah komet tak dikenal yang terpecah-pecah di masa silam dan salah satu pecahannya membentuk asteroid 3200 Phaethon (1983 TB).
Nah, sisa-sisa debu asteroid Phaethon ini mengorbit Matahari dengan periode 524 hari atau periode revolusinya sekitar 1,43 tahun.
Asteroid Phaethon ini tergolong dalam keluarga Asteroid Apollo dengan orbit sangat lonjong dan kemiringan orbit 22 derajat.
Diperkirakan jumlah meteor yang terjatuh memiliki intensitas yang tinggi yakni sekitar 86 meteor per jam di Sabang dan 107 meteor di Pulau Rote.
Di tahun 2020, juga sempat terjadi hujan meteor Geminid yakni pada tanggal 13-14 Desember. Intensitas meteor saat itu mencapai 86 - 107 meteor per jam.
hujan meteor Geminid tahun ini sudah dimulai sejak minggu ini, namun diperkirakan puncak hujan meteor Gemind ini terjadi pada tanggal 14-15 malam nanti. Puncak hujan akan dimulai pukul 20.30 WIB s.d akhir fajar bahari, yakni sekitar 25 menit sebelum matahari terbenam dari arah timur laut dan barat laut.
Intensitas dari hujan meteor Geminid ini akan berkurang pada saat matahari terbenam. Hal ini dikarenakan bulan di Zenit saat titik radiasi sedang terbit.
Penulis: Rudi Adam