Berlin, koranmemo.com – Manusia normal memiliki berbagai macam ekspresi yang mereka tunjukan ketika merasakan suatu hal terentu. Ekspresi itu bisa berupa menekuk wajah saat memakan makanan yang sangat asam atau mengaduh ketika merasa kesakitan. Sama seperti manusia, ilmuwan menemukan tikus juga memiliki sejumlah ekspresi yang mirip manusia.
Peneliti dari Institut Neurobiologi Max Planck, Nadine Gogolla mengatakan, temuan timnya baru-baru ini sangat penting dalam kemajuan penelitian mengenai cara mengukur intensitas reaksi dari emosi. Kemampuan yang dimiliki tikus tersebut dapat menjadi opsi bagi peneliti dalam membuktikan bagaimana emosi bisa muncul di otak.
Lebih lanjut, Gogolla menjelaskan, temuan yang didapat dari penelitian tersebut juga menunjukan jika tikus memiliki repertoar emosi. “Tikus dapat mengeluarkan ekspresi muka yang spesifik terhadap emosinya,” ujarnya.
Gogolla bersama timnya menguji kemampuan ekspresi dari tikus dengan memberikan beberapa macam pemicu ekspresi. Pemicu tersebut termasuk kejutan listrik yang disalurkan melalui ekor, makanan manis, dan suntikan litium klorida yang bisa menyebabkan mual.
Berdasarkan penelitian ini perubahan ekspresi yang ditunjukan tikus ketika diberi pemicu tersebut bisa diamati tanpa membutuhkan bantuan penglihatan, dan mayoritas terletak pada wajah terutama pada matanya. Gogolla mengatakan, secara garis besar ekspresi mata tikus yang ditunjukan sangat mirip dengan ekspresi mata yang juga ditunjukan oleh manusia.
Untuk membuktikan secara lebih rinci tentang ekspresi yang dimiliki tikus, Gogolla dan timnya juga menggunakan teknologi yang mampu mendeteksi perubahan pada gambar yang diambil. Melalui teknologi tersebut, peneliti dapat membedakan sejumlah ekspresi wajah tikus seperti senang, jijik, mual, dan rasa sakit.
Mengenai teknologi yang digunakan, Gogolla mengatakan, teknologi tersebut memiliki akurasi yang sangat tinggi. Akurasi tersebut dibuktikan dengan membandingkan sejumlah ekspresi dari tikus yang berbeda. ”Teknologi yang kami gunakan dapat mendeteksi ekspresi dari berbagai tikus dengan akurasi mencapai 90 persen,” ujarnya dikutip dari The Guardian.
Reporter: Ahmad Bayu Giandika
Editor: Della Cahaya