Misteri Di Balik Pesona Wisata Gunung Pegat Lamongan: Takut Kena Kutukan, Ini Yang Dilakukan Warga

- Jumat, 12 Agustus 2022 | 10:47 WIB
Misteri Di Balik Pesona Wisata Gunung Pegat Lamongan: Takut Kena Kutukan, Ini Yang Dilakukan Warga
Misteri Di Balik Pesona Wisata Gunung Pegat Lamongan: Takut Kena Kutukan, Ini Yang Dilakukan Warga

 

koranmemo.com - Gunung Pegat Lamongan bersama misteri dan mitosnya memang bukan hal baru bagi warga sekitar atau mereka yang tinggal di luar Kabupaten Lamongan.

Mitos yang dipercaya secara turun temurun ini hingga sekarang masih diugemi (ditaati, red) oleh warga. Bukan berarti ini sirik tapi ini dilakukan semata demi kebaikan dan keselamatan serta tercapainya suatu keinginan luhur.

Gunung Pegat yang sangat elok dan indah ini terletak di Desa Karang Kembang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.

Jika anda sedang melakukan perjalanan dari arah Babat menuju Jombang, atau dari arah Jombang menuju Babat, maka Anda akan melewati gunung Pegat.

Baca Juga: 5 Wisata Kediri yang Dianggap Angker, Bekas Tempat Petapa Dewi Kilisuci Hingga Pembantaian PKI

Ada beberapa mitos yang hingga kini masih diugemi oleh warga. Mitos yang berkembang di masyarakat itu berawal sejak jaman penjajahan Belanda dulu.

Penamaan Gunung Pegat konon dimulai pada saat kolonial Belanda sedang berkuasa di wilayah tersebut.

Waktu itu pemerintah kolonial, sedang melaksanakan pembangunan jalan yang menjadi titik perdagangan, yaitu Babat-Jombang.

Namun, di kawasan tersebut terdapat gunung kapur yang menghalangi jalan, sehingga penjajah Belanda terpaksa harus membelah gunung tersebut.

Baca Juga: Tentang Wisata Goa Gong Pacitan: Mitos, Lokasi, Jam Operasional Hingga Harga Tiket Masuk

Salah satu kekejaman kolonial Belanda adalah penerapan kerja rodi/kerja paksa. Di wilayah sekitar Gunung Pegat ini, juga tidak luput dari kekejaman kerja paksa.

Dimana masyarakat sekitar dipaksa untuk melakukan pekerjaan membelah gunung tanpa digaji, bahkan tanpa di beri makan dan minum.

Konon dari kerja paksa ini, juga banyak memakan korban jiwa.
Dari sinilah, warga yang menjadi pelaku kerja paksa dengan perasaan sakit, emosi dan penuh keterpaksaan ini mengucapkan sumpah.

Bahwa, siapapun yang melewati gunung ini, maka tidak akan menemukan kebahagiaan, jika sudah berkeluarga.

Halaman:

Editor: Koran Memo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X